Sejak pukul lima
sore Febry sudah berdandan di depan cermin besar di dalam kamarnya. Putar sana
putar sini. Sudah lima pasang baju dinas ajudan berupa baju safari dicobanya.
Namun satupun tak ada yang berkenan di hatinya. Mula-mula baju safari warna
hitam berlengan pendek dicobanya. "Ah, tak cocok!" katanya. Lalu
dicobanya baju yang berlengan panjang. "Terlalu sempit," katanya.
Diambilnya lagi
baju safari berwarna coklat berlengan panjang, juga tak berkenan di hatinya.
Ganti lagi dengan baju berlengan pendek, ternyata kurang pantas menurutnya.
Akhirnya dia memutuskan memakai baju berwarna putih lengan panjang dan memakai
dasi berwarna biru. Setelah itu, dia berputar-putar lagi di depan cermin untuk
merapikan rambutnya. Ada sekitar dua jam Febry berdandan di depan cermin.
Bagaikan pangeran yang hendak kedatangan seorang permaisuri. Mungkin kalau
cermin bisa bersuara, pasti dia mengatakan "Muaaaakkkk....."
Usai berdandan,
Febry lantas mengerjakan shalat magrib. Untuk urusan yang satu ini, Febry patut
diacungkan jempol walaupun shalatnya hanya cukup dikerjakan dalam tempo
sesingkat-singkatnya, satu menit. Selesai shalat, dengan langkah terburu-buru
dia pamitan kepada mamanya. "Ma, awak pergi dulu ya."
"Kemana,"
kata mamanya.
"Pak bupati
malam ini akan menghadiri acara jamuan makan malam pak gubernur di rumah
dinas," jawab Febry sambil mencium tangan mamanya.
"Hati-hati
ya," ujar mamanya mengingatkan.
"Oke
Ma." Febry langsung tancap gas dengan motor Honda Beat pinjamannya.
Febry memang baru
bertugas selama satu bulan sebagai ajudan bupati. Sebagai seorang ajudan yang
baru, Febry tentu tak ingin mengecewakan Bapak Bupati baik dari segi disiplin
waktu, sikap dan juga soal gaya penampilan.
Jarak rumah Febry
dengan rumah Pak Bupati memang tak begitu jauh. Dalam tempo sepuluh menit Febry
sudah sampai di rumah Pak Bupati. Setelah memarkirkan motornya di garasi, Febry
langsung menghadap Pak Bupati. "Bagaimana Pak, sudah siap?" tanya
Febry.
"Sudah. Mari
kita berangkat," jawab Pak Bupati.
Febry pun bergegas
memanggil supir untuk segera menyiapkan mobil. Setelah mobil berada di depan
rumah, Febry langsung membukakan pintu dan mempersilakan Pak Bupati serta
istrinya untuk naik ke atas mobil. Baru setelah itu Febry naik dan duduk di
samping supir.
Selama dalam
perjalan ke rumah dinas Pak Gubernur, tak ada percakapan yang berarti antara
Febry sebagai ajudan dengan Pak Bupati. Febry lebih banyak memilih diam dan
duduk dalam posisi sigap di jok depan. Namun pikirannya menerawang membayangkan
suasana acara jamuan makan malam di rumah dinas Pak Gubernur. "Hmm... aku
bakal makan enak nanti. Dan di sana nanti pasti banyak perempuan-perempuan
cantik," gumamnya dalam hati.
"Dan nanti
aku akan ...." Tiba-tiba sang supir menghentakkan lamunannya.
"Bang, kita
sudah sampai," bisik sang supir.
"O ya,"
kata Febry sambil bergegas turun dan membukakan pintu belakang mobil.
Suasana acara
jamuan makan malam di rumah dinas Pak Gubernur memang begitu meriah. Para tamu
yang datang pun bukan orang sembarangan. Mereka adalah para pejabat teras mulai
dari tingkat kotamadya, kabupaten, hingga provinsi. Rata-rata mereka datang
dengan membawa istri. Tak ketinggalan juga hadir para anggota DPR, para tokoh
partai, tokoh pemuda dan tokoh agama. Terlihat juga hadir para pengusaha papan
atas yang datang dengan mobil mewahnya.
Para tamu tersebut
dipersilakan masuk dan diarahkan menuju ruang tengah rumah dinas yang cukup
luas. Di sana telah terhidang aneka jenis masakan dan minuman yang cukup
membuat jakun Febry naik turun. "Waaahhh.... masakannya pasti enak-enak
nih," ujar Febry dalam hati. Dia pun rasanya sudah tak sabar lagi untuk
segera mencicipi aneka jenis hidangan tersebut.
Tak lama, Pak
Gubernur pun muncul didampingi sang istri. Dan protokol langsung membuka acara
jamuan makan malam tersebut. Sebelum Pak Gubernur memberikan kata sambutan,
acara diawali dengan pagelaran tari persembahan yang dibawakan lima dara
cantik. Mata Febry tak berkedip memandangi kelima gadis cantik yang membawakan
tarian tersebut dengan gemah gemulai. Angan-angannya pun muncul. “Seandainya
aku punya cewek cantik seperti mereka, pasti mama dan papaku setuju,"
khayalnya.
Selesai acara tari
persembahan, Pak Gubernur lantas memberikan kata sambutan kemudian dilanjutkan
dengan acara ramah tamah dan jamuan makan. "Ini yang ku tunggu-tunggu,"
kata Febry yang langsung mengambil piring dan memilih jenis hidangan yang sudah
diincar-incarnya dari awal. Dengan piring yang penuh nasi ditambah beberapa
jenis hidangan lainnya, Febry lantas mengambil posisi di pojok ruangan.
"Ini baru pergantian
gizi namanya," ujar Febry dan langsung menyantap makanannya. Begitupun
matanya tetap jelalatan melihat seisi ruangan kalau-kalau ada perempuan cantik
yang bisa diajaknya berkenalan dan ngobrol.
Betul saja.
Tiba-tiba mata Febry tertuju kepada seorang perempuan cantik mengenakan kebaya
warna biru tengah berdiri seorang diri di pojok ruangan. Wajah Febry langsung
sumringah dan buru-buru dia menghabiskan makanannya. Kemudian Febry mengambil
dua gelas minuman dan melangkah menuju ke arah perempuan berkebaya biru
tersebut.
"Hai... boleh
saya menemani," ujar Febry kepada perempuan itu sambil menyodorkan sebuah
gelas berisi minuman jus.
"Boleh,"
jawab perempuan itu lembut.
"Alamak,
cantik dan lembut sekali perempuan ini," kata Febry dalam hati.
"Kenalkan,
nama saya Febry. Ajudan Pak Bupati." Febry menyodorkan tangannya untuk
berkenalan.
Perempuan itu
menyambut sodoran tangan Febry. "Nama saya Indah."
"Kamu datang
sendiri," tanya Febry.
"Nggak. Saya
datang sama papa dan mama. Papa saya ketua DPR," jawab perempuan itu.
"Oh, saya
kira kamu datang dengan cowoknya," tanya Febry ingin menyelidiki status
perempuan itu.
"Saya belum
ada cowok. Saya masih kuliah semester satu," aku perempuan itu dengan
sedikit tersipu-sipu.
Melihat peluang
emas di depan mata, Febry mulai meningkatkan rayuan gombalnya.
"Saya gak
yakin. Masak perempuan secantik kamu belum punya cowok," rayu Febry.
"Benar. Saya
belum......" Belum usai perempuan itu memberikan jawabannya, tiba-tiba
Febry merasakan tubuhnya oleng dan "bruuukkk...." tubuh Febry jatuh.
Tak lama Febry tersadar dan begitu dia membuka mata ternyata dia ada di dalam
kamar.
"Bah,
ternyata aku mimpi," katanya dalam hati.
"Busyeeeeettttt......."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar