Jumat, 27 Februari 2015

Museum Tuanku Imam Bonjol dan Tugu Equator

Selama 68 tahun Indonesia merdeka, nama Tuanku Imam Bonjol hadir mengisi buku buku pelajaran sejarah dan diabadikan pada ruang-ruang publik di negeri ini, sebagai nama jalan, universitas, stadion, bahkan pada lembaran 5.000 rupiah keluaran Bank Indonesia 6 November 2001.

Beliau adalah pemimpin paling terkenal dalam gerakan dakwah di Sumatera, yang pada mulanya menentang perjudian, laga ayam, penyalahggunaan dadah, minuman keras, dan tembakau. Tetapi kemudian mengadakan penentangan terhadap penjajahan Belanda yang memiliki semboyan Gold, Glory, Gospel sehingga mengakibatkan perang Padri (1821-1837).

Imam Bonjol bernama asli Muhammad Shahab, lahir di Bonjol, Pasaman, Sumatera Barat pada 1772. Beliau merupakan putra dari pasangan Bayanuddin (ayah) dan Hamatun (ibu). Ayahnya, Khatib Bayanuddin, merupakan seorang alim ulama yang berasal dari Sungai Rimbang, Suliki, Lima Puluh Kota. Nama Imam Bonjol didapat dari tanah kelahirannya yang didaulat sebagai pemimpin di daerah itu.

Untuk mengenang kisah heroiknya, di daerah ini berdiri sebuah Museum Tuanku Imam Bonjol yang menyimpan peninggalan sejarah, terutama alat-alat serta barang yang pernah digunakan Imam Bonjol dan kaumnya. Museum berdiri berdampingan dengan Tugu Equator sebagai penanda bahwa di lokasi ini tepat dilalui garis khatulistiwa.

Taman mengitari kawasan equator dan Museum sehingga lokasi ini menjadi salah satu favorit warga untuk rekreasi. Selain untuk bersantai tentu tujuan utama para wisatawan adalah menyelami sejarah perjuangan Tuanku Imam Bonjol yang terangkum dalam museum. Keberadaan museum ini merupakan suatu kebanggaan rakyat Sumatera Barat pada umumnya dan masyarakat Kabupaten Pasaman khususnya untuk mengenang jasa pahlawan.

Museum memiliki bangunan dua lantai. Pada lantai pertama kita bisa mempelajari kisah perjuangan dan silsilah Tuanku Imam Bonjol yang merupakan keturunan dari para ulama di Sumatera Barat. Pada ruang tengah terdapat dua tangga kiri dan kanan.

Ini sengaja dibuat supaya pengunjung dapat mengelilingi semua museum secara keseluruhan. Jika pengunjung naik dari tangga sebelah kanan, makanya ketika turun akan menggunakan tangga sebelah kiri. Pada lantai dua menyimpan berbagai benda peninggalan masa Tuanku Imam Bonjol.

Berbagai senjata tradisional, yakni senapan, pistol, meriam, tombak dan pedang. Sayangnya pedang-pedang di sini hanya replika, lantaran pedang asli yang pernah digunakan pahlawan nasional itu telah hilang dicuri.

Untuk menjaga agar museum tidak tampak kosong, koleksi dilengkapi berbagai benda sejarah lain, seperti keramik, beragam gerabah, gong, bahkan kostum atau pakaian kebesaran ulama. Ada juga beberapa uang kertas lama yang dipajang pada etalase khusus dan beberapa naskah kuno.

Sayangnya identifikasi dan penelusuran informasi seputar barang-barang koleksi museum ini memudar. Akibatnya, petugas museum sendiri tidak bisa memberikan keterangan yang jelas seputar barang koleksi kepada pengunjung, mana yang asli dan mana yang terkait dengan perjuangan Tuanku Imam Bonjol. Pengunjung hanya bisa mereka-reka sendiri.

Dengan areal seluas 2,5 hektar, kebanyakan anak-anak sekolah menjadi pengunjung utama yang paling sering ke museum. Kunjungan melonjak saat libur sekolah atau libur nasional. Disamping itu ada juga pelintas jalan Sumatera Barat-Sumatera Utara yang mampir ke museum.

Jalan-jalan ke Museum Tuanku Imam Bonjol, anda menemukan tiga nilai yang tinggi. Pertama, Museum Tuanku Imam Bonjol yang menyimpan rekam sejarah perjuangan pahlawan nasional Tuanku Imam Bonjol. Kedua, equator merupakan perlintasan khatulistiwa yang ditandai miniatur bola dunia yang memiliki wujud tanpa bayangan. Ketiga, keindahan alam di sekitar.

Nilai jual yang tinggi objek wisata ini, didukung akses transfortasi yang lancar dan mudah dijangkau serta adanya lokasi-lokasi wisata budaya dan alam yang bisa dipadukan. Seperti adanya benteng pertahanan Tuanku Imam Bonjol, sumber air panas alamiah sekitar 2 km dari museum.

Museum Tuanku Imam Bonjol satu lokasi dengan lokasi titik kulminasi atau disebut dengan equator. Ketika anda sampai di lokasi di Nagari Ganggo Mudiak Kecamatan Bonjol, di tepi jalan lintas Bukittinggi- Sumatera Utara, tertulis "You Are Crossing The Equator" (Anda Melintasi Khatulistiwa).

 
The Equator dilengkapi dengan tugu miniatur bola dunia, jembatan perlintasan jalan, dan goa dunia. Jembatan perlintasan ini lurus menuju gerbang museum. Sebelum sampai di museum, ada tugu pahwalan Tuanku Imam Bonjol sedang menunggangi kuda.

Namun sayang, taman yang memiliki nama cetar membahana itu namun sudah mati warna. Taman yang luas namun sepi pengunjung, museum yang gagah namun nuansa ghaibnya tinggi. Museum berlantai dua itu gelap, lukisan perjuangan Peto Syarif menghiasi dinding-dinding. Senjata golok panjang, tongkat pedang, keris, dan tombak terpajang di peti-peti kaca.

Tidak satupun lampu yang hidup, museum yang serba hitam itu, cat dinding cokelat kehitaman, kaca gelap kehitaman, ruangan tak pakai lampu juga gelap kehitaman, lukisan lama juga ada nuansa hitam, dan alat-alat peninggalan seperti keris, golok, meriam, ladiang panjang, dan tombak, semuanya masih warna lama yang punya corak warna hitamnya. Menyontak perasaan takut pengunjung, kalau-kalau kesurupan di lokasi.

Kondisi ini menggelitik di benak semua orang yang pernah berkunjung ke tempat ini. Pasaman yang sepi objek wisata, tetapi pengunjung objek wisata pun sepi. Apakah minat wisata masyarakat yang tidak ada, bagaimana membangkitkannya. Atau, tempat wisatanya yang tidak bernilai jual.

Pihak Dinas Budparpora pun ingin mengelola wisata tersebut secara profesional. Bahkan mereka sudah mengusulkan pembangunan wisata tersebut. Pada 2015 segera dibangun wisata pendidikan di Bonjol.

Objek wisata yang representative, perlu memikirkan kelengkapan akomodasi dan paket wisata. Misalkan paket wisata, banyak situs-situs sejarah di Pasaman. Kalau dibuat miniaturnya di lokasi yang luas di bonjol itu maka pengunjung yang tidak sempat mengunjungi yang asli, mereka sudah cukup menyaksikan tiruannya saja.

Kemudian, akomodasi berupa penginapan sederhana jika tidak bisa yang eksklusif. Kemudian untuk oleh-oleh, bisa diberdayakan kelompok UKM sebagai penyedia makanan khas pasaman dan pengrajin untuk membuat miniatur patung Tuanku Imam Bonjol berkuda.

Semua itu tidak sederhana dan semudah itu. Perlu keseriusan leading sektor pariwisata untuk menggenjotnya. Koordinasi dengan sektor UKM juga sangat penting. Jika memang untuk pengembangan tidak bisa lepas dari dukungan investor, itulah tujuan utama dinas pariwisata saat kunjungan kerja ke provinsi yang telah maju wisatanya. Mempelajari konsep mereka yang lebih dahulu maju dan mengaplikasikan di daerah dia berdinas.































1 komentar:

  1. http://taipannnewsss.blogspot.com/2018/04/10-kalimat-dari-pria-ini-berarti-ia.html
    http://taipanqqculinary.blogspot.com/2018/04/makan-pasta-justru-bisa-bikin-kurus.html

    QQTAIPAN .ORG | QQTAIPAN .NET | TAIPANQQ .VEGAS |
    -KARTU BOLEH BANDING, SERVICE JANGAN TANDING !-
    Jangan Menunda Kemenangan Bermain Anda ! Segera Daftarkan User ID nya & Mainkan Kartu Bagusnya.
    Dengan minimal Deposit hanya Rp 20.000,-
    1 user ID sudah bisa bermain 8 Permainan.
    • BandarQ
    • AduQ
    • Capsa
    • Domino99
    • Poker
    • Bandarpoker.
    • Sakong
    • Bandar66
    Kami juga akan memudahkan anda untuk pembuatan ID dengan registrasi secara gratis.
    Untuk proses DEPO & WITHDRAW langsung ditangani oleh
    customer service kami yang profesional dan ramah.
    NO SYSTEM ROBOT!!! 100 % PLAYER Vs PLAYER
    Anda Juga Dapat Memainkannya Via Android / IPhone / IPad
    Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami-Online 24jam !!
    • WA: +62 813 8217 0873
    • BB : D60E4A61
    • BB : 2B3D83BE
    Come & Join Us!

    BalasHapus